Minggu, 30 April 2017

Produk Domestik Bruto Negara THAILAND

PRODUK DOMESTIK BRUTO DI THAILAND



Produk domestik bruto (Gross Domestic Product) merupakan jumlah produk berupa barang dan jasa yang dihasilkan oleh unit-unit produksi di dalam batas wilayah suatu negara (domestik) selama satu tahun. Dalam perhitungan GDP ini, termasuk juga hasil produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh perusahaan/orang asing yang beroperasi di wilayah negara yang bersangkutan. Barang-barang yang dihasilkan termasuk barang modal yang belum diperhitungkan penyusutannya, karenanya jumlah yang didapatkan dari GDP dianggap bersifat bruto/kotor.
2012Perekonomian Thailand diperkirakan tumbuh 5,3 persen tahun ini, lebih dari 5,0 persen yang diproyeksikan pada Desember 2012, karena permintaan domestik semakin kuat.

Dilansir The Business Times, Jumat (29/3/2013), Kepala Departemen Keuangan dan Kebijakan Fiskal Thailand, Somchai Sajjapong mengatakan, ekonomi diperluas 6,4 persen pada 2012, setelah pertumbuhan hanya 0,1 persen pada 2011 akibat banjir.

Sementara Bank Sentral Thailand menyebutkan, kemungkinan akan menaikkan revisi  proyeksi pertumbuhan ekonomi 2013, dari 4,9 persen pada April nanti.

Diberitakan sebelumnya, perekonomian Thailand menikmati rekor pertumbuhan pada kuartal keempat (Q4) 2012, menyusul pulihnya sektor industri pasca banjir besar yang melanda 'Negeri Gajah Putih' tersebut.

Badan Pembangunan Nasional Ekonomi dan Sosial (NESDB) Thailand mengungkapkan, produk domestik bruto (PDB) melonjak 18,9 persen dan GDP 3,6 persen dalam tiga bulan sampai Desember 2012, dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Sekretaris Jenderal NESDB, Arkhom Termpittayapaisith mengatakan, permintaan domestik dan internasional yang kuat membantu mendorong kinerja ekonomi. "Telah terjadi pemulihan penuh setelah banjir parah," ujar Arkhom.

Sebelumnya, perekonomian Thailand mengalami kontraksi dua digit akibat banjir besar pada 2011, yang menewaskan ratusan orang dan menyebabkan kerusakan luas terhadap sejumlah pabrik. NESDB memperkirakan pertumbuhan ekonomi 4,5-5,0 persen tahun ini, setelah ekspansi 6,4 persen pada 2012.
Thailand mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonominya tahun 2012. Produk Domestik Bruto (PDB) Thailand tahun ini di level 5,7 persen, atau naik 0,2 poin daripada prediksi sebelumnya.
Prediksi ini dikeluarkan Financial Policy Office (FPO), yang menyatakan bahwa pertumbuhan ekspor Thailand tahun 2012 memang belum mencapai target.
Namun konsumsi domestik dan investasi pribadi di Thailand meningkat tajam. Investasi pribadi meningkat 16,1 persen dibanding tahun lalu, dan merupakan pertumbuhan terbesar selama delapan tahun terakhir
2013Rilis terbaru Bank Sentral Thailand (BoT) pada Sabtu (20/7/2013) menunjukkan prediksi Produk Domestik Bruto (PDB) sampai dengan akhir tahun 2013 turun menjadi 4,2 persen. Menurut laman Bangkok Post, prediksi terkini tersebut susut 0,9 persen ketimbang prediksi awal.
BoT mengatakan turunnya PDB tersebut lantaran dua hal. Pertama tertundanya pemulihan perekonomian global. "Kedua, permintaan domestik,"kata pernyataan petinggi BoT Paiboon Kittisrikangwan di Bangkok.
Sementara itu, BoT juga memprediksikan PDB Thailand tahun depan. "Pada 2014, PDB akan berada di pertumbuhan 5 persen,"kata Paiboon Kittisrikangwan.
Lebih lanjut, Paiboon mengatakan sampai dengan akhir 2013, ekspor Thailand cuma tumbuh 4 persen. Awalnya, diprediksikan, pertumbuhan ekspor itu menyentuh angka 7,5 persen. "Pada 2014, ekspor Thailand diposisikan berada di angka 8 persen,"kata Paiboon.

Masih menurut Paiboon, inflasi Thailand masih terbilang rendah. Sampai dengan akhir 2013, kenaikan harga di Thailand mencapai 2,3 persen. Padahal, prediksi sebelumnya, inflasi di angka 2,7 persen.
Pemerintah Thailand memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi menjadi 2,8 persen pada 2013, turun dari prediksi sebelumnya sebesar 3 persen awal bulan lalu.

Pemotongan perkiraan produk domesitik bruto (PDB) dilakukan karena ekspor dan permintaan domestik lebih lemah dari proyeksi dengan protes anti-pemerintah di Bangkok menyakiti kepercayaan ekonomi.

Dilansir dari Reuters, Kamis (26/12/2013), Kepala Kantor Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Thailand, Somchai Sajjapong mengemukakan, tahun depan ekonomi bisa berkembang 4 persen, meskipun lebih rendah dari 5,1 persen yang terlihat sebelumnya, berkat peningkatan perdagangan global yang akan membantu ekspor dan permintaan domestik.

Namun, dia mengingatkan, jika kerusuhan politik berkepanjangan, pertumbuhan ekonomi pada 2014 bisa berada di angka 3,5 persen.
2014Ekonom senior Bank Dunia di Bangkok, Kirida Phaophichit mengemukakan,
pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Thailand pada 2014 diproyeksikan sebesar 4 persen di belakang ekspansi ekspor.

Ekspor diperkirakan akan tumbuh sebesar 6 persen dengan total nilai USD238,92 juta dan impor diperkirakan akan meningkat sebesar 5 persen atau USD229,99 juta, dengan surplus perdagangan USD8,93 juta. Namun, Thailand akan mengalami defisit neraca berjalan sekitar USD1.070.000, atau sekitar 0,3 perses dari PDB.

Kirida mengatakan, faktor risiko yang dapat menggagalkan ekspansi ekonomi termasuk tingkat utang rumah tangga yang tinggi dan penundaan investasi pemerintah dalam proyek-proyek pembangunan infrastruktur.

"Ketidakpastian politik merupakan faktor negatif utama yang dapat merugikan sektor pariwisata, mengganggu kelanjutan dari pelaksanaan kebijakan pemerintah, yang akan mengikis kepercayaan investor," ujarnya, seperti dilansir Bangkok Post, Selasa (22/2/2014).

Ekonom senior menyarankan dalam jangka panjang pemerintah memberikan pentingnya mendistribusikan belanja di seluruh negeri guna meminimalkan masalah kesenjangan sosial.

"Hal ini dapat dilakukan dengan berfokus pada pengeluaran di daerah dan mengurangi kontrol pada distribusi pendapatan dari instansi pusat, serta memberikan lebih banyak tanggung jawab terhadap unit lokal," ujarnya .

Kirida menyebutkan, PDB Thailand hanya tumbuh 3 persen pada 2013 karena perlambatan ekspor, konsumsi rumah tangga dan investasi swasta serta keterlambatan dalam pengeluaran pemerintah. Namun, sektor pariwisata mencatat ekspansi bersejarah sebesar 20 persen lebih tinggi dari 2012, dan merupakan faktor utama dalam mendorong pertumbuhan ekonomi tahun lalu.
Laju pertumbuhan ekonomi Thailand alami percepatan lebih dari yang diharapkan pada kuartal keempat tahun 2014 lalu seperti yang dilaporkan Office of the National Economic and Social Development Board (NESDB) dengan naiknya data PDB Q4-2014. Percepatan ini didukung oleh meningkatnya pengeluaran pemerintah dan ekspor.
Sepanjang tahun 2014, ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara ini meningkat  0,7 persen dibanding tahun sebelumnya, lebih lambat dari pertumbuhan 2,9 persen pada tahun 2013. Ini adalah pertumbuhan terlemah sejak 2011, ketika naik 0,1 persen.
Badan perencanaan ekonomi ini (NESDB) sebelumnya memproyeksikan pertumbuhan 1 persen untuk 2014. Pemerintah tetap mempertahankan outlook 2015 PDB sebesar 3,5 persen-4,5 persen.
Dalam hal produksi, hasil non-pertanian naik 2,7 persen pada kuartal keempat 2014, sementara output pertanian menurun 1,6 persen. Dari sisi pengeluaran, konsumsi pemerintah meningkat 5,5 persen pada kuartal keempat, lebih cepat dari kenaikan 0,4 persen kuartal sebelumnya. Demikian juga, pertumbuhan investasi dipercepat menjadi 3,2 persen dari 2,9 persen.
Di sisi lain, konsumsi rumah tangga tumbuh lebih lambat dari 1,9 persen, menyusul kenaikan 2,2 persen pada kuartal. Ekspor barang dan jasa rebound pada kuartal keempat, naik 4,9 persen setelah jatuh 3,8 persen pada kuartal ketiga. Pada saat yang sama, impor turun 0,3 persen, lebih lambat dari penurunan 1,1 persen yang terlihat seperempat lalu.
Secara berurutan, PDB kuartalan naik  1,7 persen pada kuartal keempat setelah naik 1,2 persen masing-masing pada kuartal ketiga dan kedua. Untuk prospek kedepannya belanja fiskal akan memberikan dorongan bagi perekonomian Thailand pada 2015. Selain itu investasi swasta juga harus digenjot setelah awal tahun terjadi konflik politik yang menutup sejumlah investasi.
Selanjutnya dengan harga minyak yang lebih rendah akan mengurangi inflasi dan meningkatkan daya beli riil konsumen, beban utang rumah tangga yang tinggi akan terus membatasi pertumbuhan konsumsi swasta.
2015Menteri Keuangan Thailand Sommai Phasee masih memperkirakan pertumbuhan ekonomi negaranya pada tahun ini akan tumbuh 3,7%.

Seperti dikutip dari The Business Times, Jumat (12/6/2015), pihaknya tidak merevisi proyeksi petumbuhan ekonomi tersebut.

Pada April, Kementerian Keuangan Thailand memangkas proyeksi menjadi 3,7% dari sebelumnya 3,9%. Bank sentral setempat mengatakan, akan menurunkan perkiraan pertumbuhan menjadi 3,8%.

Hal tersebut dikarenakan pada 19 Juni ekspor dan permintaan domestik di Thailand melemah dalam satu tahun setelah tentara merebut kekuasaan untuk mengakhiri kerusuhan politik. Ekonomi terbesar kedua di Asia Tenggara hanya tumbuh 0,9% pada 2014, laju terlemah sejak 2011.
2016Berikut rincian peringkat kemakmuran semua negara di ASEAN atau Asia Tenggara berdasarkan data tahun 2016. Peringkat diurutkan dari GDP per kapita terendah sampai tertinggi (ascending order).


Peringkat
Negara
GDP Per Kapita (USD)
Peringkat Dunia
15
Papua New Guinea (Papua Nugini)
3.500
184
14
Kamboja
3.700
180
13
Bangladesh
3.900
177
12
Timor Leste
4.200
176
11
Laos
5.700
165
10
Myanmar (Burma)
6.000
162
9
Vietnam
6.400
161
8
Filipina
7.700
154
7
Indonesia
11.700
130
6
Palau (Belau)
15.300
105
5
Thailand
16.800
100
4
Malaysia
27.200
70
3
Taiwan
47.800
30
2
Brunei Darussalam
79.700
8
1
Singapura
87.100
5



Perekonomian Thailand tumbuh lebih baik dari prediksi pada kuartal kedua seiring langkah pemerintah militer mempercepat pengeluaran untuk proyek jalan dan kereta api demi membantu mengimbangi lesunya permintaan bagi ekspor negara tersebut.



Menurut data National Economic and Social Development Board (NESDB), seperti dilansir Bloomberg hari ini (Senin, 15/8/2016), pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) berekspansi 3,5% pada kuartal kedua dibandingkan setahun sebelumnya.
Angka tersebut lebih tinggi dari prediksi rata-rata 22 analis dalam survei Bloomberg dengan pertumbuhan 3,3% serta naik 0,8% dibandingkan kuartal pertama.
Perdana Menteri Prayuth Chan-Ocha telah meluncurkan serangkaian stimulus ekonomi senilai lebih dari US$18 miliar sejak September tahun lalu demi mendukung permintaan lokal.
Pengeluaran fiskal sepanjang April hingga Juni melonjak 18% menjadi 650 miliar baht (US$18,7 miliar) dibandingkan periode yang sama tahun lalu serta naik 8,7% dibandingkan tiga bulan sebelumnya.
NESDB lebih lanjut mengharapkan pemerintah akan mencairkan dana stimulus senilai 110,5 miliar baht pada paruh kedua, setelah mengeluarkan 217 miliar baht pada paruh pertama tahun ini.
Perekonomian Thailand juga diharapkan mendapat dorongan dari pemulihan pada pengeluaran domestik setelah pendapatan usaha tani berekspansi untuk pertama kalinya dalam 10 kuartal pada kuartal kedua.
Hal tersebut dapat membantu mengimbangi lemahnya permintaan bagi ekspor Thailand, yang berkontraksi 3,1% pada kuartal kedua.





Thailand PDB
Terakhir
Sebelum Ini
Tertinggi
Paling Rendah
Satuan

    0.40
    0.40
    9.60
      -6.30
Persen
    3.00
    3.20
   15.30
     -12.50
Persen
  395.17
  404.32
  419.89
      2.76
Usd - Miliar
2461131.00
2451326.00   
2461131.00
  1043930.00
Thb - Juta
4839.07        
4693.46      
4839.07
     910.68
Thb - Miliar
619914.00
579457.00
713853.00
258609.00
Thb - Juta
5775.10
5635.60
5775.10
570.86
USD
15346.65
14975.96
15346.65
6650.69
USD
122622.00
123296.00
132115.00
66849.00
Thb - Juta
77237.00
66489.00
103692.00
36619.00
Thb - Juta
690286.00
672196.00
690286.00
269359.00
Thb - Juta
59105.00
62445.00
62445.00
20064.00
Thb - Juta
128707.00
120190.00
128707.00
41767.00
Thb - Juta
250685.00
257013.00
257013.00
64995.00
Thb - Juta
80898.00
83241.00
83241.00
22202.00
Thb - Juta
  



Nama Kelompok :  (1EB11)
- Aldi Rivaldi
- Lia Astuti
- Venny Arifani

Sumber :

Tidak ada komentar:

Posting Komentar